2
komentar
Posted in
0
komentar
Posted in
0
komentar
Posted in
Bersua di alam maya belum membuat kita puas.
Bersatunya anak bangsa yang (akan segera) merantau ke ibukota.
Dari Sabang sampai Merauke.
Dari Rote hingga ke Talaud.
Akhirnya aku tiba juga di kampus perjuangan.
Setelah menunggu dari Januari, akhirnya tiba pula di pertengahan Juni, di 16 tepatnya.
Namun kala itu waktu belum mempertemukan kita.
Tiga hari berikutnya, Tuhan izinkan kerinduan ini sirna.
Menjabat sebagai mahasiswa baru Universitas Indonesia,
kami bersua di pinggir danau dekat rektorat.
Inilah saksi pertemuan besar kami yang pertama.
0
komentar
Posted in
Akhirnya, tiba juga hari ini. Saat yang membuatku paranoid selama jangka waktu yang cukup lama.
Kini, usiaku 17 tahun. Jujur, aku masih merasa menjadi anak kecil. Namun bagaimana pun aku harus banyak berubah, menjadi pribadi berakhlakul karimah, visioner, tangguh, dan siap menghadapi dan menaklukan tantangan masa depan.
Tujuh belas tahun. Orang-orang bilang sweet seventeen. Masa yang indah. Saat di mana kita sudah semakin bebas, semakin dewasa, bisa miliki segalanya. Tapi bagiku tidak! Usia 17 tahun berarti pembuktian pengabdian. Mewujudkan mimpi-mimpi dan membentuk generasi baru yang lebih unggul.
Bagiku, 17 tahun berarti taraf pendidikanku harus sudah semakin meningkat. Tanggung jawab pun semakin banyak. Bukan hanya masalah diri sendiri, akan tetapi melindungi adik dan generasi penerus, memperjuangkan kebenaran Islam di muka dunia, berbakti kepada kedua orang tua dan keluarga, serta pengabdian untuk negeri.
Sungguh aku berterima kasih kepada Allah yang sebesar-besarnya. Bukan gombal, tapi ini nyata. Aku merasakan ada jiwa baru yang menyelusup ke sanubari. Ruh pribadi yang matang dengan pemikiran yang dewasa. Semoga firasatku benar.
Ada penyesalan atas kekhilafanku menolak usia 17 tahun ini. Penolakkan yang membuatku frustasi dan malah menghancurkan beberapa pilar mimpiku. Hampir saja aku hancurkan semuanya!
Harusnya aku bersyukur. Aku baru menyadari, begitu banyak orang yang masih mengingatku, menyayangiku, tahu dan menyadari keberadaanku. Di wall fb, lebih dari 80 wall yang mengucapakn b’day kepadaku. Begitu pula yang di message.
Tak hanya itu, aku masih memiliki kedua orang tua yang begitu menyayangi dan melindungiku. Bahkan, di sela kesibukan mereka, mereka mengizinkan dan menyiapkan makanan untuk acara munggahan kelas XII IPA B sekaligus perayaan ultahku.
Di usia ini pun, Allah begitu murah hati dan mengizinkan salah seorang kekasih-Mu menjadi bagian hidupku. Aku berharap, ia bisa mendampingiku hingga akhir hayat nanti. Amin.
Sedih juga. Di hari istimewa ini ia tidak ada bersamaku. Bukan tidak ingin, tapi ada yang lebih penting dan prioritas dari ini. Kasihan juga.
Aku ingin menjadi penguatnya di saat ia pincang. Menjadi bagian dari sejarah kisah bahagianya. Ya Allah, benarkah aku mencintainya? Namun, pantaskah aku untuk berlaku seperti ini? Aku masih ingin menjadi hamba-Mu, Ya Allah. Hamba-Mu yang taat beribadah, cerdas, dan memiliki hubungan sosial yang baik. Amin.
Hari sebelumnya, tanggal 19, sebelum XII IPA B berangkat, ia pamit. Sedih banget. Tadinya mau agak sore. Tapi Soge, Fitri, Memet, n Ibad ‘ngajujurung’ terus. Akhirnya aku hampiri mereka yang sedang di Bi Oot. Sempat ngobrol beberapa saat. Lalu kita sepakat buat ngobrol di ruang OSIS.
Di sana, aku hampir saja menangis. Tapi setidaknya aku bisa menatap matanya, dari dekat, dengan adanya senyum dan elusan hangat darinya membuatku agak membaik. Aku rindukan elusannya. Sangat. Kemarin, sepanjang di ruang OSIS ia terus mengelus kepalaku. Allah, mengapa harus ada rindu??
Hanya sebentar di ruang OSIS. Kita berjalan berdua, melewati dunia yang ternyata membuat Fay panas hati dan menutup pintu plus menggambar tak jelas. Ia jealous sepertinya. sekaligus kasihin kado ultah untukku. Boneka ternyata. Aku baru buka bungkusnya di rumah.
0
komentar
Posted in
Mendengar katamu, luluhkan hati
Melihat matamu, rasakan kehangatan
Bayangkan senyummu, ronakan pipiku
Kau adalah titisan yang Tuhan berikan agar aku lebih hidup
Kau adalah anugerah
Kilau cahaya dalam gelap
Yang menambah catatan perjalananku penuh pelajaran
Namun, kata-katamu kerapkali membuatku bingung
Menimbulkan keraguan dan kecemasan karena takut kehilanganmu
Kau yang membuatku cemburu
Karena begitu banyak orang yang mengagumi dan menyayangi
Meski seringkali kau tak menyadarinya
Kau yang membuatku berubah
Mengantarkan diriku berevolusi
Menjadi seorang yang kau mimpikan
Kau adalah penjahat
Yang tak jarang buatku menangis
Kau telah masuk ke ranah jiwaku
Yang dengan diammu selalu membuatku gelisah
Tapi kau adalah pengobatku
Membuang segala hal buruk yang menimpaku
Kau adalah kelembutan yang tiada tara
Yang dengan belaianmu membuatku nyaman
Aku mengagumi dan meneladanimu
Karena kau adalah guru bagiku
9.36 am
September 29th, 2009
0
komentar
Posted in
karena manusia adalah manusia
yang diarahkan oleh sensorik dalam tubuhnya
hanya sepersekian saja yang bisa pengaruhinya
apalagi dalam sebuah keputusan
aku pun masih tak mengerti manusia itu apa
seperti apa
untuk apa
ada saja yang diperhatikan, meski tak ingin diperlakukan demikian
di sisi lain,
di ujung tombak yang berdiri tegak, namun sesungguhnya hampir rapuh
ada seorang yang sedang kelimpungan
mencari dirinya sendiri
menemukan kehidupannya
yang terlihat tegar namun tetaplah rapuh
ada tangisan
ada impian untuk menerawang masa depan
tapi siapa yang akan merangkul?
jika ada dalam doa saja
ya
doa begitu dasyat
tapi tanpa ikhtiar
mestikah lagi ada kehidupan?
15:35
5 Juli 2009