0
komentar
Posted in
Bulan yang berat di penghujung tahun.
Ternyata menjadi mahasiswa tidak hanya memikirkan bagaimana mengejar IPK dan lulus lebih cepat, tetapi bagaimana bisa bertahan hidup di tengah keganasan kota.
Uang menjadi salah satu hal yang 'menghidupi' manusia, termasuk aku.
Entah mengapa, pengeluaran makin hari makin menyusut.
Aku tidak tega jika harus meminta terus ke orang tua.
Udah bayar mahal, biaya hidup mahal, belum bisa irit uang lagi.
-_-'
salah satu hal yang bisa membuat saya bertahan hidup adalah seperti hari ini. Ikut seminar!
Seminar itu plus-plus soalnya.
Udah dapet ilmu, ketemu tokoh, dapet sertifikat, plus makan pula.
=)
Sungguh sangat menyesal hari kemarin ada seminar di FE tidak aku hadiri.
Padahal udah daftar lhooo..
>.<
ditambah souvenirnya bagus-bagus. Terlebih makanannya.
Aku bisa bertahan hidup dari sini.
Mahasiswa.
Belajar.
Mengabdi.
Meneliti.
Tapi bagaimana bisa mengabdi kalau menghidupi juga belum bisa?
Ya Rabb, tunjukkan jalanMu.
Ke manakah aku harus meneruskan perjalanan ini?
Ke manakah aku harus mencari kehidupan yang lebih nyata selain menunggu 'kehidupan' yang belum jelas kapan lagi datangnya...?
Bismillah...
0
komentar
Posted in
Biologi. Sebuah pelajaran yang membuatku menjadi kikuk. Aku harus bercokol dengan nama-nama Latin, mempelajari bentuk dan kehidupan suatu makhluk, dan melakukan penelitian.
Tiba akhirnya hari itu. Sabtu, 13 November, aku harus melawan rasa gentar yang selama ini menjalar. Hingga subuh materi belum dikuasai seluruhnya. Akhirnya kukuatkan hati untuk melangkah ke kampus tercinta.
Bertemu dengan teman-teman yang kelihatannya sudah mempelajari materi membuatku lebih termotivasi. Kucoba tuk hilangkan rasa gentarku dan mulai melangkah masuk ke ruangan.
"Tas dan hp tolong kumpulkan di depan." ujar Ibu Ema, dosen biologi.
Tiga puluh soal.
Klik. Klik. Klik.
Satu persatu soal kujawab.
Aku mulai mendapatkan kepercayadirian. Soal yang aku dapat pernah kupahami sebelumnya, meski ada beberapa yang out of my brain.
>.<
Kuulang dari awal. Setelah dihitung, paling hanya 7-9 soal yang salah.
Akhirnya, kuklik 'Selesai'.
Nilai muncul.
SALAH 13!
Innalillahi...
Tak kuasa mata ini menahan tangis.
Aku ingin lari. Ingin pergi. Ingin keluar dari ketidaklogisan ini.
Tapi aku tetap tidak boleh memperlihatkan kelemahanku di depan mereka.
Di depan teman-teman.
Aku tidak ingin memberi aura negatif pada mereka.
Saking tak kuasanya, aku lari menuju halte dan Allah telah menyediakan bikun di depan mata.
Tanpa pikir panjang, aku lompat ke bikun dan berlenggang ke asrama.
Kutelepon mas dan mamah.
Ku-sms mamah dan bapak.
Tak kunjung ada respon.
Tangis ini tak bisa ditahan dan akhirnya memecah kebisuan di tengah siang.
Tapi aku tidak boleh begini terus.
Bangkit dan berubah!
SAYA MASIH BERHAK UNTUK MENDAPATKAN HASIL YANG LEBIH MAKSIMAL DARI INI!
Tegas kulantangkan dan kutekadkan dalam sanubari.
Beberapa menit kemudian, kondisiku sudah terkontrol dan melanjutkan perjalanan kehidupan.
Berbuat adalah Belajar, Bukan Hasil
Terima kasih, Kang Mahameru. (saya lupa namanya siapa)
Aku mendapat spirit dan makna hidup baru.
Kang Mahameru adalah alumnus FE UI 2006.
Beliau telah mendirikan TPA Mahameru, saking ngebetnya ia untuk menjelajahi langit Mahameru.
Dari Mawar Merah memang diamanahkan untuk mengajar di TPA beliau.
Dan aku salah satu bagiannya.
Beliau memberitahu bagaimana mengajar, metodenya, tujuannya, proses hidupnya, kendalanya, suka dukanya, dan lalala-nya deh...
Aku, sebagai salah seorang yang diamanahi untuk mengajar, ternyata jangan pernah berpikiran bahwa aku lebih baik dari mereka, dari 26 mujahid dan mujadid yang lucu dan imut.
Aku harus memposisikan diri sebagai seorang yang sabar, benar-benar menanamkan hati, berniat untuk berbagi ilmu dan belajar juga dari mereka.
intinya, BELAJAR.. BELAJAR. BELAJAR..
Tak ada waktu untuk SOMBONG DAN HURA-HURA!
Terima kasih, Ya Allah...
Engkau telah memberikanku jalan yang lebih dekat kebenarannya dari kemarin...
=)
0
komentar
Posted in
Fatimah b'tanya kpd suaminya,"Memilih apa,kekanda?
Umar bin Abdul Aziz menerangkan,"Memilih antara perhiasan emas berlian yg dinda pakai dgn Umar bin Abdul Aziz yg m'dampingimu."
Kata Fatimah, "Demi Allah, dinda tdak memilih pendamping lbih mulia drpdmu, ya Amirul Mukminin. Inilah permata & seluruh perhiasanku."
Kemudian, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima smua perhiasan itu & menyerahkannya ke Baitul Mal, khazanah negara kaum Muslimin. Sementara Umar bin Abdul Aziz & keluarganya makan makanan rakyat biasa, iaitu roti & sdikit garam.
0
komentar
Posted in
Umar bin Abdul Aziz adalah sosok yang berkepribadian kuat, bermental baja, mampu mencarikan solusi terbaik dari setiap problematika yang ada dan memiliki analisa yang tajam.
Di antara karakteristik yang dimilikinya:
a. Rasa takut yang tinggi kepada Allah I.
Hal yang menjadikan Umar bin Abdul Aziz begitu fenomenal bukanlah karena banyaknya shalat dan puasa yang dikerjakan, tetapi karena rasa takut yang tinggi kepada Allah dan kerinduan akan surga-Nya. Itulah yang mendorong beliau menjadi pribadi yang berprestasi dalam segala aspek; ilmu dan amal.
Dikisahkan pada suatu hari si Umar kecil menangis tersedu dan hal itu terdengar oleh ibunya. Lantas ditanyakan apa sebabnya. Beliau pun menjawab: “Aku teringat mati”. Maka sang ibu pun menangis dibuatnya
Pernah seorang laki-laki mengunjungi Umar bin Abdul Aziz yang sedang memegang lentera. “Berilah aku petuah!”, Umar membuka perbincangan. Laki-laki itu pun berujar: “Wahai Amirul Mukminin!! Jika engkau masuk neraka, orang yang masuk surga tidaklah mungkin bisa memberimu manfaat. Sebaliknya jika engkau masuk surga, orang yang masuk neraka juga tidaklah mungkin bisa membahayakanmu”. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun menangis tersedu sehingga lentera yang ada di genggamannya padam karena derasnya air mata yang membasahi.
b. Wara’.
Di antara bentuk nyata sikap Wara’ yang dimiliki Umar bin Abdul Aziz adalah keenganan beliau menggunakan fasilitas negara untuk keperluan pribadi, meskipun hanya sekedar mencium bau aroma minyak wangi. Hal itu pernah ditanyakan oleh pembantunya, “Wahai khalifah! Bukankah itu hanya sekedar bau aroma saja, tidak lebih?”. Beliau pun menjawab: “Bukankah minyak wangi itu diambil manfaatnya karena bau aromanya?”.
Dikisahkan suatu hari Umar bin Abdul Aziz pernah mengidam-idamkan buah apel. Tiba-tiba salah seorang kerabatnya datang berkunjung seraya menghadiahi sekantong buah apel kepada beliau. Lalu ada seseorang yang berujar: “Wahai Amirul Mukminin Bukankah Nabi r dulu pernah menerima hadiah dan tidak menerima sedekah?”. Serta merta beliau pun menimpali, “Hadiah di zaman Nabi benar-benar murni hadiah, tapi di zaman kita sekarang ini hadiah berarti suap”.
c. Zuhud.
Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang sangat zuhud, bahkan kezuhudan yang dimilikinya tidaklah mungkin bisa dicapai oleh siapa pun setelahnya. Kezuhudan yang mencapai level tertinggi di saat ‘puncak dunia’ berada di genggamannya.
Malik bin Dinar pernah berkata: “Orang-orang berkomentar mengenaiku, “Malik bin Dinar adalah orang zuhud.” Padahal yang pantas dikatakan orang zuhud hanyalah Umar bin Abdul Aziz. Dunia mendatanginya namun ditinggalkannya”.
Pernahkan terbetik di benak kita seorang kepala negara ketika berkeinginan menunaikan ibadah haji, ia tidak bisa berangkat hanya karena uang perbekalannya tidak cukup? Pernahkah terlintas di bayangan kita seorang bangsawan yang hanya memiliki satu buah baju, itu pun berkain kasar? Si zuhud Umar bin Abdul Aziz pernah mengalaminya!
d. Tawadhu’.
Keluhuran budi pekerti yang dimiliki Umar bin Abdul Aziz sangatlah tinggi. Hal itu tercermin dari sekian banyaknya karakteristik yang menonjol pada diri beliau. Di antaranya adalah sikap Tawadhu’nya.
Suatu hari ada seorang laki-laki memanggil beliau, “Wahai khalifah Allah di bumi!” Maka beliau pun berkata kepadanya: “Ketika aku dilahirkan keluargaku memberiku nama Umar. Lalu ketika aku beranjak dewasa aku sering dipanggil dengan sebutan Abu Hafs. Kemudian ketika aku diangkat menjadi kepala negara aku diberi gelar Amirul Mukminin. Seandainya engkau memanggilku dengan nama, sebutan atau gelar tersebut aku pasti menjawabnya. Adapun sebutan yang barusan engkau berikan, aku tidaklah pantas menyandangnya. Sebutan itu hanya pantas diberikan kepada Nabi Daud u dan orang yang semisalnya”, seraya membacakan firman Allah I,
) يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ (
Artinya: “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi”. (QS. Shad: 26).
Namun, ada yang lebih mengagumkan lagi! Kisah yang mencerminkan sikap Tawadhu’ yang dimilikinya; Kisah Umar bin Abdul Aziz dengan seorang pembantunya.
Pernah suatu saat Umar bin Abdul Aziz meminta seorang pembantunya untuk mengipasinya. Maka dengan penuh cekatan sang pembantu segera mengambil kipas, lalu menggerak-gerakkannya. Semenit, dua menit waktu berlalu, hingga akhirnya Umar bin Abdul Aziz pun tertidur. Namun, tanpa disadari ternyata si pembantu juga ikut ketiduran. Waktu terus berlalu, tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz terbangun. Ia mendapati pembantunya tengah tertidur pulas dengan wajah memerah dan peluh keringat membasahi badan disebabkan panasnya cuaca. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun mengambil kipas, lalu membolak-balikkannya mengipasi si pembantu. Dan sang pembantu itu pun akhirnya terbangun juga, begitu membuka mata ia mendapati sang majikan tengah mengipasinya tanpa rasa sungkan dan canggung. Maka dengan gerak reflek yang dimilikinya ia menaruh tangan di kepala seraya berseru karena malu. Lalu Umar bin Abdul Aziz pun berkata menenangkannya: “Engkau ini manusia sepertiku! Engkau merasakan panas sebagaimana aku juga merasakannya. Aku hanya ingin membuatmu nyaman -dengan kipas ini- sebagaimana engkau membuatku nyaman”.
e. Adil.
Di antara sekian karakteristik yang dimiliki Umar bin Abdul Aziz, adil adalah sikap yang paling menonjol. Sikap itulah yang menjadikan nama beliau begitu familiar di telinga generasi setelahnya hingga hari ini. Keadilannya selalu digaungkan oleh para pencari keadilan, entah karena betul-betul ingin menapaktilasi jejaknya ataukah hanya sekedar kamuflase belaka. Yang terpenting adalah nama besarnya telah mendapat tempat di hati para penerus perjuangannya. Dan nama itu terukir indah dengan tinta emas di deretan para pemimpin yang adil, para pemimpin yang terbimbimg oleh kesucian wahyu; Al Qur’an dan Sunnah, para pemimpin yang dijuluki al-Khulafa’ ar-Rasyidun. Dan sejarah Islamlah pengukirnya.
Al-Ajurri menceritakan sikap adil yang dimilikinya, beliau berujar: “Seorang laki-laki Dzimmidari penduduk Himsh pernah mendatangi Umar bin Abdul Aziz seraya mengadu: “Hai Amirul Mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah”. “Apa yang engkau maksud?”, sergah Umar bin Abdul Aziz. “Abbas bin Walid bin Abdul Malik telah merampas tanahku”, lanjutnya -saat itu Abbas sedang duduk di samping Umar bin Abdul Aziz-. Maka Umar bin Abdul Aziz pun menanyakan hal itu kepada Abbas, “Apa komentarmu?”. “Aku terpaksa melakukan itu karena mendapat perintah langsung dari ayahku; Walid bin Abdul Malik”, sahut Abbas membela diri. Lalu Umar pun balik bertanya kepada si Dzimmi, “Apa komentarmu?”. “Wahai Amirul Mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah”, ulang si Dzimmi. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun berkata: “Hukum Allah lebih berhak untuk ditegakkan dari pada hukum Walid bin Abdul Malik”, seraya memerintahkan Abbas untuk mengembalikan tanah yang telah dirampasnya.
Kisah di atas hanyalah satu dari sekian puluh bahkan ratus sikap adil yang dimiliki Umar bin Abdul Aziz. Kisah tentang keadilannya begitu mudah di dapati di buku-buku sejarah yang menulis biografinya. Kisah yang memenuhi lembar demi lembar buku para sejarawan. Sungguh sebuah kisah, siapa pun pembacanya pasti akan menggeleng-gelengkan kepala tanda takjub sambil menyunggingkan rasa masygul tanpa ragu, diiringi air mata bahagia yang turut mengharukan suasana.
http://agungridwan.wordpress.com/
0
komentar
Posted in
Biografi Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Yang Agung
- Biodata Ringkas
Nama Ibu : Laila binti Asim bin Umar bin Al-Khatab
Tanggal Lahir : 61H
Umur : 39 tahun
Tarikh M/Dunia : 101H
Jawatan : Khalifah Ke 6 Bani Umaiyyah
Tarikh Lantikan : Safar 99H @ 717M
Lama Berkhidmat : 2 tahun 5 bulan
- Pendidikan
- Sifat-Sifat Pribadi
Setiap orang yang musafir mesti memperlengkapi bekalannya. Siapkanlah taqwa dalam perjalanan kamu dari dunia menuju akhirat. Pastikan dirimu sama ada mendapat pahala atau siksa, senang atau susah.
Jangan biarkan masa berlalu sehingga hatimu menjadi keras dan musuh sempat mengoda. Sebaik-baiknya saudara menganggap bahawa hidup pada petang hari tidak akan sampai ke pagi hari dan hidup pada pagi hari tidak akan sampai ke petang hari. Memang tidak jarang terjadi kematian ditengah-tengahnya
Saudara-saudara dapat menyaksikan sendiri bahawa ramai orang yang tertipu dengan dunia, padahal orang yang layak bergembira tidak lain kecuali orang yang selamat daripada siksaan Allah SWT dan orang yang lepas dari tragedi hari qiamat.
Sementara orang yang tidak mahu mengubati yang sudah luka, kemudian datang lagi penyakit lain, bagaimana mungkin mahu bergembira? Saya berlindung kepada Allah SWT daripada perbuatan yang tidak aku pegangi dan amalkan sendiri. Seandainya begitu, alangkah rugi dan tercelanya aku. Dan jelaslah tempatku nanti pada hari yang jelas kelihatan siapa yang kaya dan siapa yang miskin.
Di sana nanti akan diadakan timbangan amal serta manusia akan diserahi tanggungjawab yang berat. Seandainya tugas itu dipikul oleh binatang-binatang nescaya ia akan hancur, jika dipikul oleh gunung nescaya ia akan runtuh, kalau dipikul oleh bumi nescaya bumi akan retak. Saudara-saudara belum tahu bahawa tiada tempat di antara Syurga dan Neraka? Kamu akan memasuki salah satu daripadanya.
- At-Tirmizi meriwayatkan bahawa Umar Al-Khatab telah berkata : Dari anakku (zuriatku) akan lahir seorang lelaki yang menyerupainya dari segi keberaniannya dan akan memenuhkan dunia dengan keadilan
- Dari Zaid bin Aslam bahawa Anas bin Malik telah berkata : Aku tidak pernah menjadi makmum di belakang imam selepas wafatnya Rasulullah SAW yang mana solat imam tersebut menyamai solat Rasulullah SAW melainkan daripada Umar bin Abdul Aziz dan beliau pada masa itu adalah Gabenor Madinah
- Al-Walid bin Muslim menceritakan bahawa seorang lelaki dari Khurasan telah berkata : Aku telah beberapa kali mendengar suara datang dalam mimpiku yang berbunyi : Jika seorang yang berani dari Bani Marwan dilantik menjadi Khalifah, maka berilah baiah kepadanya kerana dia adalah pemimpin yang adil. Lalu aku menanti-nanti sehinggalah Umar b. Abdul Aziz menjadi Khalifah, akupun mendapatkannya dan memberi baiah kepadanya.
- Qais bin Jabir berkata : Perbandingan Umar bin Abdul Aziz di sisi Bani Ummaiyyah seperti orang yang beriman di kalangan keluarga Firaun
- Hassan al-Qishab telah berkata : Aku melihat serigala diternak bersama dengan sekumpulan kambing di zaman Khalifah Umar Ibnu Aziz
- Umar b Asid telah berkata emi Allah, Umar Ibnu Aziz tidak meninggal dunia sehingga datang seorang lelaki dengan harta yang bertimbun dan lelaki tersebut berkata kepada orang ramai : Ambillah hartaku ini sebanyak mana yang kamu mahu. Tetapi tiada yang mahu menerimanya (kerana semua sudah kaya) dan sesungguhnya Umar telah menjadikan rakyatnya kaya-raya
- Atha telah berkata : Umar Abdul Aziz mengumpulkan para fuqaha setiap malam. Mereka saling ingat memperingati di antara satu sama lain tentang mati dan hari qiamat, kemudian mereka sama-sama menangis kerana takut kepada azab Allah seolah-olah ada jenayah di antara mereka.
- Umar Ibnu Aziz Sebagai Khalifah
- menghapuskan cacian terhadap Saidina Ali bin Abu Thalib dan keluarganya yang disebut dalam khutbah-khutbah Jumaat dan digantikan dengan beberapa potongan ayat suci al-Quran
- merampas kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan mengembalikannya ke Baitulmal
- memecat pegawai-pegawai yang tidak cekap, menyalahgunakan kuasa dan pegawai yang tidak layak yang dilantik atas pengaruh keluarga Khalifah
- menghapuskan pegawai peribadi bagi Khalifah sebagaimana yang diamalkan oleh Khalifah terdahulu. Ini membolehkan beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa sekatan tidak seperti khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan askar-askar yang mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa.
0
komentar
Posted in
Mempunyai mimpi, siapa yang tidak berharap padanya?
Berusaha sedemikian rupa agar mampu menciptakan banyak hal yang bergelimpangan dalam imajinasi.
Namun bagaimana apabila sesuatu yang kita sebut dengan potensi dan kekuatan ternyata malah melemahkan dan mengobok-obok pun mempermalukan sendiri di muka khalayak?
Rinai-rinai itu membuatku harus banyak menguras banyak air mata.
Membuat aku menjadi sesak akan pertanyaan yang entah harus kepada siapa aku tanyakan.
Entah siapa yang mampu menjawab.
Ya Rabb, hamba yakin dengan apa yang Engkau telah gariskan.
Beri hamba kekuatan sesuai dengan ujian yang Engkau amanahkan kepada hamba.
Amin...
0
komentar
Posted in
aku menelan malam yang tertutup rona kelam
memutar dalih tentang terbang atau jalan yang tertatih
hanya bisu yang membuat ketenangan
dan kecamuk ini biar hati yang bercokol
aku cukup di sini dulu
mengantarkan masa depan ke persiapan kasih
merenggut pesona Illahi yang tak terlukis
meraba kuasa yang belum tersentuh
semilir bisikan awan-awan bernyawa
menitik kelam
hilangkan, jadi abu dan kemudian putih
aku ingin kembali
berada di peraduan yang hakiki
0
komentar
Posted in
20 September perkuliahanku dimulai.
Dengan kelas yang selalu berubah, aku harus banyak menyesuaikan diri.
Terutama cara belajarku.
Seminggu pun berlalu.
Meski ada kerinduan menyelusup ke dalam kalbu,
aku harus bertahan di sini.
Pantang bagiku untuk pulang sebelum menembus impian.
FKM.
Aku tengah berjalan dan bersiap untuk berlari.
Ya Rabb,,
berilah hamba kekuatan yang membuat hamba mampu menjalankan amanatmu.
Amin.
0
komentar
Posted in
2
komentar
Posted in
0
komentar
Posted in
0
komentar
Posted in
Bersua di alam maya belum membuat kita puas.
Bersatunya anak bangsa yang (akan segera) merantau ke ibukota.
Dari Sabang sampai Merauke.
Dari Rote hingga ke Talaud.
Akhirnya aku tiba juga di kampus perjuangan.
Setelah menunggu dari Januari, akhirnya tiba pula di pertengahan Juni, di 16 tepatnya.
Namun kala itu waktu belum mempertemukan kita.
Tiga hari berikutnya, Tuhan izinkan kerinduan ini sirna.
Menjabat sebagai mahasiswa baru Universitas Indonesia,
kami bersua di pinggir danau dekat rektorat.
Inilah saksi pertemuan besar kami yang pertama.
0
komentar
Posted in
Akhirnya, tiba juga hari ini. Saat yang membuatku paranoid selama jangka waktu yang cukup lama.
Kini, usiaku 17 tahun. Jujur, aku masih merasa menjadi anak kecil. Namun bagaimana pun aku harus banyak berubah, menjadi pribadi berakhlakul karimah, visioner, tangguh, dan siap menghadapi dan menaklukan tantangan masa depan.
Tujuh belas tahun. Orang-orang bilang sweet seventeen. Masa yang indah. Saat di mana kita sudah semakin bebas, semakin dewasa, bisa miliki segalanya. Tapi bagiku tidak! Usia 17 tahun berarti pembuktian pengabdian. Mewujudkan mimpi-mimpi dan membentuk generasi baru yang lebih unggul.
Bagiku, 17 tahun berarti taraf pendidikanku harus sudah semakin meningkat. Tanggung jawab pun semakin banyak. Bukan hanya masalah diri sendiri, akan tetapi melindungi adik dan generasi penerus, memperjuangkan kebenaran Islam di muka dunia, berbakti kepada kedua orang tua dan keluarga, serta pengabdian untuk negeri.
Sungguh aku berterima kasih kepada Allah yang sebesar-besarnya. Bukan gombal, tapi ini nyata. Aku merasakan ada jiwa baru yang menyelusup ke sanubari. Ruh pribadi yang matang dengan pemikiran yang dewasa. Semoga firasatku benar.
Ada penyesalan atas kekhilafanku menolak usia 17 tahun ini. Penolakkan yang membuatku frustasi dan malah menghancurkan beberapa pilar mimpiku. Hampir saja aku hancurkan semuanya!
Harusnya aku bersyukur. Aku baru menyadari, begitu banyak orang yang masih mengingatku, menyayangiku, tahu dan menyadari keberadaanku. Di wall fb, lebih dari 80 wall yang mengucapakn b’day kepadaku. Begitu pula yang di message.
Tak hanya itu, aku masih memiliki kedua orang tua yang begitu menyayangi dan melindungiku. Bahkan, di sela kesibukan mereka, mereka mengizinkan dan menyiapkan makanan untuk acara munggahan kelas XII IPA B sekaligus perayaan ultahku.
Di usia ini pun, Allah begitu murah hati dan mengizinkan salah seorang kekasih-Mu menjadi bagian hidupku. Aku berharap, ia bisa mendampingiku hingga akhir hayat nanti. Amin.
Sedih juga. Di hari istimewa ini ia tidak ada bersamaku. Bukan tidak ingin, tapi ada yang lebih penting dan prioritas dari ini. Kasihan juga.
Aku ingin menjadi penguatnya di saat ia pincang. Menjadi bagian dari sejarah kisah bahagianya. Ya Allah, benarkah aku mencintainya? Namun, pantaskah aku untuk berlaku seperti ini? Aku masih ingin menjadi hamba-Mu, Ya Allah. Hamba-Mu yang taat beribadah, cerdas, dan memiliki hubungan sosial yang baik. Amin.
Hari sebelumnya, tanggal 19, sebelum XII IPA B berangkat, ia pamit. Sedih banget. Tadinya mau agak sore. Tapi Soge, Fitri, Memet, n Ibad ‘ngajujurung’ terus. Akhirnya aku hampiri mereka yang sedang di Bi Oot. Sempat ngobrol beberapa saat. Lalu kita sepakat buat ngobrol di ruang OSIS.
Di sana, aku hampir saja menangis. Tapi setidaknya aku bisa menatap matanya, dari dekat, dengan adanya senyum dan elusan hangat darinya membuatku agak membaik. Aku rindukan elusannya. Sangat. Kemarin, sepanjang di ruang OSIS ia terus mengelus kepalaku. Allah, mengapa harus ada rindu??
Hanya sebentar di ruang OSIS. Kita berjalan berdua, melewati dunia yang ternyata membuat Fay panas hati dan menutup pintu plus menggambar tak jelas. Ia jealous sepertinya. sekaligus kasihin kado ultah untukku. Boneka ternyata. Aku baru buka bungkusnya di rumah.
0
komentar
Posted in
Mendengar katamu, luluhkan hati
Melihat matamu, rasakan kehangatan
Bayangkan senyummu, ronakan pipiku
Kau adalah titisan yang Tuhan berikan agar aku lebih hidup
Kau adalah anugerah
Kilau cahaya dalam gelap
Yang menambah catatan perjalananku penuh pelajaran
Namun, kata-katamu kerapkali membuatku bingung
Menimbulkan keraguan dan kecemasan karena takut kehilanganmu
Kau yang membuatku cemburu
Karena begitu banyak orang yang mengagumi dan menyayangi
Meski seringkali kau tak menyadarinya
Kau yang membuatku berubah
Mengantarkan diriku berevolusi
Menjadi seorang yang kau mimpikan
Kau adalah penjahat
Yang tak jarang buatku menangis
Kau telah masuk ke ranah jiwaku
Yang dengan diammu selalu membuatku gelisah
Tapi kau adalah pengobatku
Membuang segala hal buruk yang menimpaku
Kau adalah kelembutan yang tiada tara
Yang dengan belaianmu membuatku nyaman
Aku mengagumi dan meneladanimu
Karena kau adalah guru bagiku
9.36 am
September 29th, 2009