Energi Alternatif yang Diimbangi Out of the Box Thinking dan Pembangunan Berkelanjutan Dilihat dari Segi Wilayah Indonesia
Energi Alternatif yang Diimbangi
Out of the Box Thinking dan Pembangunan Berkelanjutan
Dilihat dari Segi Wilayah Indonesia
oleh Siti Awaliyati Deliabilda
Keberadaan jumlah energi di dunia semakin berkurang karena sumber energi yang digunakan masih mengandalkan pada energi fosil. Termasuk di Indonesia. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang memberikan pasokan energi di dunia.
Peranan energi sangat besar bagi pembangunan karena memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Sayangnya, semakin kita dimudahkan, semakin tinggi konsumsi terhadap energi. Berdasarkan pemaparan Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi dalam diskusi di Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI pada tahun 2004, dinyatakan bahwa pada tahun 1970, konsumsi energi primer hanya sebesar 50 juta SBM (Setara Barel Minyak). Tiga puluh satu tahun kemudian, tepatnya tahun 2001 konsumsi energi primer telah menjadi 715 juta SBM atau mengalami pertumbuhan yang luar biasa yaitu sebesar 1330% atau pertumbuhan rata-rata periode 1970-2001 sebesar 42.9%/tahun. Sumber energi yang masih menjadi ‘primadona’ saat ini adalah bahan bakar minyak. Padahal sejak tahun 1992 kita sudah mengimpor dari luar negeri demi terpenuhinya konsumsi energi.
Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan, dunia mulai mengembangan pemanfaatan sumber energi selain bahan bakar minyak. Di Indonesia sendiri sangat banyak sumber energi yang masih dapat dimaksimalkan pemanfaatannya. Tenaga air, panas bumi, biomasa dan sampah/limbah, bahan bakar nabati, tenaga surya, energi laut, tenaga angin, nuklir, dan hidrogen-fuel cell adalah beberapa di antaranya. Dalam pengembangannya, ada baiknya divariasikan berdasarkan kondisi suatu wilayah mengingat Indonesia terdiri dari beribu pulau dengan potensi alam yang berbeda. Selain kondisi wilayah, perlu juga diperhatikan tingkat konsumsi, kawasan industri, komunitas khusus yang mengkonsumsi BBM dalam skala besar seperti nelayan, biaya distribusi, serta potensi produksi BBM dalam negeri, sehingga potensi pengembangan energi terbarukan bisa lebih maksimal.
Berdasarkan potensi di wilayahnya, sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan di Indonesia dibagi menjadi dua kategori, yaitu berpotensi di semua wilayah dan yang berpotensi di wilayah-wilayah tertentu. Sumber yang dapat dikembangkan di semua wilayah di Indonesia adalah tenaga air, biomassa dan sampah/limbah, bahan bakar nabati, dan tenaga surya. Sedangkan sumber energi lain lebih berpotensi untuk dikembangkan di wilayah tertentu.
Tenaga air merupakan salah satu pemanfaatan sumber energi yang sudah mulai dikembangkan di Indonesia melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Keunggulan dari energi ini adalah memberikan respon yang cepat sehingga memudahkan saat berada dalam kondisi beban puncak maupun terjadi gangguan jaringan. Selain itu, kapasitas daya keluarannya lebih besar dibanding energi terbarukan lain. Jumlah daya listrik yang dapat dibangkitkan pada suatu pusat pembangkit listrik tenaga air tergantung pada ketinggian saat air jatuh dan kecepatan aliran airnya.
Banyaknya jenis tanaman adalah anugerah yang dimiliki Indonesia. Sebagai negara kedua di dunia yang memiliki banyak jenis tanaman, Indonesia sangat berpotensi untuk mengelola dan mengolah bahan baku minyak nabati. Ubi kayu, tebu, jarak pagar, kelapa sawit, dan kelapa adalah sebagian kecil jenis tumbuhan penghasil energi yang dapat tumbuh dengan baik di Tanah Air. Meski kini sudah banyak lahan yang telah menjadi bangunan, masih cukup waktu untuk memperbaiki hutan dan perkebunan serta menahan manusia yang kerapkali mengorbankan flora demi finansial semata.
Selain nabati, banyak bahan biologis yang terdapat di alam ini yang bisa dimanfaatkan secara praktis untuk bahan bakar atau bisa juga diolah terlebih dulu untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Biomassa juga memiliki keunggulan, di antaranya mengurangi adanya gas rumah kaca, mengurangi limbah organik, melindungi kebersihan air dan tanah, mengurangi polusi udara, serta mengurangi hujan asam dan kabut asap.
Suatu ketika, Presiden RI, Susilo Bambang Yodhoyono berkata, selama matahari masih ada, selama itu pula kita akan merasakan panasnya, dan panas itu adalah suatu sumber energi. Keberadaan matahari menjadi bagian penting di kehidupan karena Sinar matahari, atau tenaga surya dapat digunakan untuk memanasi, memberikan penerangan, atau mendinginkan rumah atau bangunan lain, menghasilkan listrik, memanaskan air dan bermacam proses industri. Dengan memaksimalkan energi yang dipancarkan matahari, penggunaan sumber energi dapat lebih ditekan.
Sumber energi lain yang akan lebih maksimal penggunaannya antara lain tenaga angin. Dengan lautan dan garis pantai terpanjang di dunia, yaitu ± 80.791,42 km, menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin. Pemanfaatan tenaga angin ini juga dapat dioptimalkan untuk turbin angin yang sangat mendukung dalam kegiatan pertanian dan perikanan, seperti untuk keperluan irigasi, aerasi tambak ikan, dan sebagainya. Angin, yang sebagian besar orang baru menikmati sepoinya saja, jika dikelola serta didistribusikan dengan baik, maka akan memberi kebermanfaatan lebih bagi kelangsungan hidup manusia.
Energi dari gelombang lautan dan ombak serta tenaga panas lautan juga dapat digunakan untuk membangkitkan energi listrik. Hal ini merupakan suatu peluang untuk memanfaatan energi alam terutama bagi masyarakat yang mengadu nasib di derasnya ombak.
Sumber energi lainnya, yaitu panas bumi. Panas bumi merupakan sumber energi bersih lingkungan karena tidak memproduksi emisi CO. Selain itu, energi yang dihasilkan bisa berkapasitas besar. Terlebih posisi Indonesia yang berada di Pasifik ring of fire membuat Indonesia memiliki potensi sumber energi panas bumi yang mencapai 28.000 MW. Potensinya tersebar di 265 lapangan di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, NTT, Maluku, dan sebagian Kalimantan.
Dalam pemanfaatan panas bumi ini tidak memerlukan kilang, pengangkutan, bongkar muat, dan bersifat lokal. Sumber energi panas bumi juga tidak dapat diekspor sehingga hanya bisa dimanfaatkan untuk keperluan domestik atau lokal. Hal ini dapat menjadi peluang dalam pengembangan sumber energi panas bumi agar kita mengurangi ketergantungan penggunaan minyak dan gas bumi serta membangun kemandirian energi lokal untuk membangun ketahanan energi nasional.
Dalam pemanfaatan panas bumi ini tidak memerlukan kilang, pengangkutan, bongkar muat, dan bersifat lokal. Sumber energi panas bumi juga tidak dapat diekspor sehingga hanya bisa dimanfaatkan untuk keperluan domestik atau lokal. Hal ini dapat menjadi peluang dalam pengembangan sumber energi panas bumi agar kita mengurangi ketergantungan penggunaan minyak dan gas bumi serta membangun kemandirian energi lokal untuk membangun ketahanan energi nasional.
Sebenarnya ke semua sumber energi tersebut telah mulai dilakukan uji coba, bahkan di beberapa daerah telah menjadi energi alternatif yang memudahkan manusia dalam beraktivitas tanpa menyedot energi fosil. Masalah energi bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Perlu ada sinergisitas antarpihak dalam menyelesaikannya, yaitu pemerintah, peneliti, hingga masyarakat. Setiap komponen harus menjalankan peran masing-masing tanpa mengabaikan koordinasi.
Pemerintah berperan dalam membuat kebijakan dan menerapkan sistem manajemen energi secara konsisten dan berkelanjutan melalui. Sistem manajemen yang baik adalah sistem yang alur informasinya benar dan tepat sasaran. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Pembentukan tim manajemen sumber energi di semua wilayah
2. Penyusunan pola pemantauan secara terencana dan sistematis
3. Revisi master plan yang berbasis kawasan hemat energi
4. Penerapan teknologi penghematan energi
5. Penggunaan teknologi penghematan energi secara maksimal
6. Evaluasi penggunaan energi
Dalam menjalankan keenam poin tersebut, peneliti memiliki peran yang cukup strategis karena berkecimpung langsung dalam melakukan pencarian sumber energi dan menentukan teknologi apa yang sesuai dengan kondisi wilayah serta masyarakat. Selain itu, perlu diperhatikan juga dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya pengelolaan sumber energi terbarukan tersebut, baik dari segi lingkungan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi.
Bukan waktu yang sebentar untuk mengelola sumber energi menjadi energi yang dapat dimaksimalkan pemanfaatannya. Bukan hal yang murah juga untuk membangun suatu peradaban yang lebih baik. Oleh karena itu, selama tahap pencarian penggunaan energi yang tepat guna, perlu dibangun kesadaran tinggi di masyarakat sebagai pengguna energi. Pembatasan penggunaan energi merupakan salah satu tindakan positif agar kesadaran akan pentingnya energi tumbuh di semua lapisan. Pembatasan energi ini tidak hanya dilakukan di pengguna rumah tangga, tetapi di sektor industri dan trasnportasi. Kedua sektor ini memang memakan energi terbesar dalam kurun waktu terakhir ini.
Out of the box thinking. Itu yang harus kita terapkan dalam menuntaskan permasalahan krisis energi ini. Berpikir lebih luas dan terbuka serta cermat terhadap sesuatu yang sesungguhnya bertuah untuk kehidupan masa depan. Biarkan kini bahan bakar fosil menjadi cadangan energi karena saatnya kita bereformasi, memanfaatkan ‘gerbang lain’ untuk kesinambungan antargenerasi. Ada suatu hal yang sangat penting, do action. Tanpa hal tersebut mustahil apa yang dicitakan akan terwujud. Saya menekankan pada hal ini karena masih sedikit orang yang mampu mengeluarkan gagasan dengan diimbangi oleh action yang sesuai.
Mengapa harus mereformasi penggunaan energi sedari dini? Sebuah pertanyaan klasik sebenarnya.
Memang, untuk penggunaan 20-30 tahun ke depan pemenuhan kebutuhan energi masih dapat digunakan. Tapi bukan saatnya kita egois memikirkan nasib sendiri sedang generasi berikutnya harus terlantar dengan kondisi energi yang sangat minim. Oleh karena itu, sangat penting penerapa pembangunan berkelanjutan demi memaksimalkan kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pembangunan berkelanjutan dapat membantu untuk mengurangi kemiskinan dan mengeliminasi kerusakan sumber daya alam dan lingkungan.
Kepedulian pemerintah dalam menemukan titik terang memerangi krisis energi saat ini dirasa sudah muncul. Terbukti dengan dikeluarkannya beberapa kebijakan yang memang bertujuan untuk memaksimalkan energi lama dan melakukan pencarian energi baru yang lebih banyak keunggulannya. Sayangnya, masih perlu peningkatan peran dan konsentrasi pemerintah dalam mewujudkan dunia yang lebih aman dan tenteram lagi. Pemerintah daerah, terutama, harus mengetahui secara mendalam tentang kondisi wilayah serta bidang social, ekonomi, dan budaya yang dipimpinnya. Hal ini akan dapat memudahkan dalam pembuatan kebijakan demi perbaikan yang maksimal.
Mahasiswa, sebagai ‘wilayah menengah’ yang mampu menyentuh ‘kawasan’ pemerintah serta penyambung lidah dari golongan grass root dengan pihak pemerintah, harus mampu memberikan pencerahan kepada pihak pemerintah dalam meluncurkan kebijakan agar tidak salah kaprah dan bermanfaat pada pihak mayoritas. Selain memberikan pencerahan dan saran dalam menentukan kebijakan, mahasiswa mampu memberikan solusi atas masalah yang terjadi. Mempelajari kehidupan nyata adalah salah satu pelajaran wajib dalam memahami perjalanan hidup di universitas kehidupan.
Maju bersatu untuk Indonesia yang Maju dan Berkontribusi Penuh!