twitter



Tentang kopaja ke blok M (063) yang hanya Rp2.500,00; padahal perjalanan ±45 menit.  Apakah adil bagi mereka?  Apakah cukup untuk hidup mereka?  Apakah uang tersebut mereka gunakan untuk hal-hal positif?  Atau justru negatif?

 
Tentang kantor walikota Jakarta Selatan yang begitu mentereng dan menjulang.  Saya yakin, kantor walikota Tasikmalaya ataupun pendopo Ciamis dan Tasikmalaya kalah mentereng.

Juga tentang kontrasnya kondisi Pasar Raya dan Blok M.  Pasar Raya yang mewah dan eksklusif sedang Blok M yang sederhana dan merakyat. 

 
Tentang buku BSE yang sangat murah dan kurang maksimal isinya.  Tidak lengkap, kurang pemahaman, dan kurang soal latihan.  Hurufnya pun besar-besar, dan yang paling miris, menurut penjual buku, siapapun berhak membuat dan encetak buku asal berlabel ‘BSE’.  Lalu kualitasnya???  Waduuuhh… Kalau begini terus, kapan Indonesia maju?



Tentang banyaknya buku murah akibat dibajak.  Menguntungkan sih, tapi bagaimana legalitas dan kejujuran itu dipertaruhkan?  Kapan, ya, Indonesa menjadi negara yang kaya, yang tidak ada satu pun masyarakat yang miskin sehingga bingung mau dikemanakan uangnya.  Ah, aku menunggu sosok ‘Umar bin Abdul Aziz’ sesi sekarang.  Dan aku ingin menjadi wanita yang mendampinginya.  Be the best and the first wife for him ^_^  (Ameen)


Tentang terminal blok M yang dipenuhi oleh aktivitas pengamen anak dan ibu.  Ya Allah, apakah mereka menikmati aktivitas itu?  Seberapa banyak sebenarnya uang yang mereka peroleh?  Adakah keinginan mereka untuk sekolah?  Dapatkah mereka hidup bersih dan nyaman?  Bagiku ini tidak adil!  ‘Umar bin Abdul Aziz’, datanglah. Hapus kemiskinan.  Aku ingin melihat Indonesia tersenyum bahagia tanpa kemiskinan, baik kemiskinan harta, ilmu, maupun moral.  Ya Rabb, bantulah kami untuk membangun kejayaan Islam kembali.  Amin…


 
(kutulis dalam perjalanan pulang setelah membeli buku untul Volkschool. Bismillah… Semoga dilancarkan menjadi muslimah teladan, pembangun peradaban. Amin… ^_^



0 komentar:

Posting Komentar